Namun berbeda halnya dengan pengerjaan salat Tarawih di Pesantren Mambaul Hikam Mantenan, Udanawu, Blitar. Seperti yang Dilansir oleh Metro TV di sana, pengerjaan salat Tarawih dilakukan sebanyak 23 rakaat, yaitu 20 rakaat salat Tarawih ditambah dengan 3 rakaat salat Witir dihitung hanya membutuhkan waktu 7 menit.
Dengan waktu yang sangat singkat ini menarik perhatian anak muda di sekitar pesantren untuk mengikuti salat tarawih berjamaah di mesjid pada malam bulan Ramadhan. Akibatnya, jumlah jamaahnya membludak, yaitu lebih dari 5 ribu orang, baik tua maupun muda setiap malamnya. 75 persen di antara jamaah tersebut adalah anak muda, dan mereka datang dari wilayah Kediri,Blitar, serta Tulungagung.
Kegiatan ibadah kilat itu ternyata sudah dilakukan turun-temurun selama beberapa generasi, yakni sejak pesantren tersebut didirikan sekitar 160 tahun lalu. “Saya ini hanya mengikuti apa yang sudah dilakukan oleh para sesepuh. Kami tidak berani mengubahnya,” kata KH Diya’uddin Az-Zamzami, atau dikenal dengan nama Gus Diya’, salah seorang pengasuh pesantren Mambaul Hikam.
Shalat secepat itu bisa dilakukan karena sang imam Tarawih hanya mengerjakan doa yang wajib-wajib misalnya niat, takbirotul ihram, baca surat Al-Fatihah plus ayat pendek Alquran hingga salam yang dilakukan secara cepat dan singkat. Adapun yang dibaca “Doa rukuk, kita singkat cukup ‘Subhanallah’. Lainnya hanya Allah-Allah saja. Tahiyat akhir juga hanya sampai bacaan shalawat untuk nabi Muhammad kemudian salam.
Wakil Sekretaris PP LDNU (Pengurus Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama) H Syaifullah Amin menjelaskan bahwa di sini terjadi perbedaan keberkahan waktu. Artinya cepat atau lambat tidak mengurangi kekhusyu’an orang yang ibadah. “Sebagian orang memang diberikan kelebihan oleh Allah dalam melipat waktu,” kata H Amin.
Bagaimana dengan Shalat Tarawing di wilayah masjid dekat rumah anda apakah pernah melakukannya hal yang sama....!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar