Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Kudeta Gagal Turki Telan Korban 90 Tewas dan 1.154 Luka-Luka



Kantor berita Anadolu menyebutkan bahwa upaya kudeta militer terhadap pemerintahan Turki telah menyebabkan 90 orang meninggal dan 1.154 luka-luka. Banyak di antara mereka adalah warga sipil.
Sejak kemarin malam, Jumat (15/7), serangkaian peristiwa berdarah terjadi di dua kota terbesar Turki, Istanbul dan Ankara. Sekelompok anggota angkatan bersenjata menyerang dan menduduki sejumlah lokasi strategis dalam upaya menggulingkan pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan.

Pasukan pro-kudeta tersebut dilengkapi persenjataan berat serta tank dan helikopter serbu. Bahkan mereka juga dikabarkan menggunakan sebuah pesawat F-16 untuk mengebom Istana Presiden Turki.

Fotografer AFP melaporkan telah menyaksikan tentara menembaki warga yang berkumpul di dekat salah satu jembatan Selat Bosphorus, Istanbul. 

Sementara itu, kantor berita Anadolu mengabarkan, gedung parlemen Turki di Ankara diserang dengan menggunakan bom.

Untungnya, tentara dan polisi yang tetap loyal kepada pemerintah berhasil menggagalkan upaya para pembelot itu. Sekitar 1.500 personel yang terlibat dalam upaya kudeta ditahan. 

Saat ini situasi di Turki berangsur kembali ke normal. Meski begitu pemerintah tetap memberlakukan jam malam dan penjagaan ketat di setiap penjuru.

Serangan Truk di Prancis 80 Tewas Terkapar



info mediaSerangan truk yang menabrak kerumunan orang yang sedang merayakan Bastille Day di Nice, Prancis, Kamis (14/7) malam waktu setempat, telah mengejutkan dunia.


Puluhan korban tewas. Sejauh ini peryataan resmi dari pemerintah Prancis, 80 orang tewas.

"80 korban tewas dalam serangan truk di kerumunan suka cita Bastille Day. 18 Orang lainnya kini dalam kondisi kritis," kata Mneteri Dalam Negeri Prancis, Bernard Cazeneuve, seperti dilansir dari AFP, Jumat (15/7).

Presiden Prancis, Francois Hollande dalam keterangan persnya usai tragedi, juga tak kuasa menahan duka.

"Di antara korban yang tewas, termasuk..beberapa anak," tuturnya.

Truk yang menyerang kerumunan ini dilaporkan melaju dalam kecepatan tinggi, menghantam dan menabrak semua yang ada di depannya.

Sopir kian membabi-buta usai polisi memberondong dia dan truknya dengan tembakan.

"Saya melihat orang-orang jatuh terhantam dari udara. Seorang wanita ada di dekat saya, dia kehilangan anaknya yang terkapar di tanah, berdarah," kata seorang saksi mata, Jacques seperti dilansir dari Mirror.

Jacques adalah salah seorang saksi mata, yang mengelola restoran di pinggir pantai di lokasi tersebut

Taiwan Kirim Kapal Perang ke Laut China Selatan

info media

Sebuah kapal perang Taiwan, Rabu kemarin, berlayar ke Laut China Selatan, sehari setelah pengadilan internasional memutuskan China tidak memiliki hak bersejarah atas wilayah tersebut dan merusak klaim Taipei atas pulau-pulau di sana.
Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen mengatakan, pengerahan kapal tersebut bertujuan untuk mempertahankan wilayah maritim Taiwan dan bertekad untuk membela hak-hak negara mereka. Dalam hal ini, Tsai menegaskan akan melawan pihak yang merusak klaim Taipei atas wilayahnya.
Seperti diberitakan Manila Bulletin, Kamis 14 Juli 2016, Pengadilan Arbitrase di Den Haag memutuskan China tidak memiliki hak untuk mengklaim ‘Sembilan Garis Putus-putus’ atau dash line. Pengadilan itu juga memutuskan China telah melanggar hak-hak kedaulatan Filipina di Zona Ekonomi Ekslusif.
Hal ini berdampak krusial bagi Taipei. yang mana putusan tersebut menyebutkan Pulau Taiping yang berada di bawah administrasi Taiwan, secara legal merupakan sebuah ‘batu’ yang tidak termasuk ke dalam wilayah ZEE. Dengan demikian, secara otomatis berpengaruh kepada klaim Taiwan ke perairan yang mengelilingi pulau tersebut.
Menanggapi hal ini, Taipei mengatakan keputusan tersebut sangat tidak bisa diterima dan tidak memiliki kekuatan mengikat secara hukum, karena sidang arbitrase tidak secara resmi mengundang Taipei untuk berpartisipasi dalam proses atau pun meminta pandangan negara tersebut.
"Laut China Selatan, terutama kategorisasi Pulau Taiping, telah sangat membahayakan hak-hak negara kita di pulau-pulau Laut China Selatan dan perairan yang relevan," kata Tsai.
Tsai mengatakan, Kementerian Pertahanan bertekad untuk secara tegas mempertahankan wilayah dan kedaulatan Taiwan, dan tidak akan mengubah klaim atas laut karena putusan pengadilan.
Melalui sebuah pernyataan, Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan akan terus mengirimkan pesawat terbang dan kapal untuk misi patroli di wilayah tersebut dan akan sangat waspada untuk melindungi keamanan nasional.
Presiden Taiwan sebelumnya, Ma Ying-jeou pada Januari lalu mengunjungi Taiping untuk menekan klaim Taiwan dan menunjukkan bahwa Taiping merupakan sebuah pulau, bukan batu. Selain Taiwan, Kepulauan Spratly di Laut China Selatan juga diklaim oleh Vietnam, Filipina, Malaysia dan Brunei.

Top